Lahirnya Imu Pengetahuan dan Intelektualitas
Oleh : Alfian Maulana, S.Ip
pada intinya dalam intelektualitas adalah wawasan manusia yang luas dan makhluk yang tidak begitu sempurna dalam artian akal, nafsu dan fikiran.
tidak serta merta menjadi alam yang mengilhami ilmu pengetahuan pasti ada batasnya.
karena ( Tuhan Menganugrahi sebuah pengetahuan kalau kita mau mencari tahu pasti kita akan mengetahui apa yang kita belum kita ketahui).
bahwasannya sebuah teori adalah suatu hal yang di ilustrasikan seseorang dan direkayasakan menjadi kaidah realita penghidupan,
yakni dalam segihal cikal bakal daya pikir manusia.
karenanya manusia perlu adanya kepekaan,yang ada di sekitarnya yakni akan mengefekan daya pikir manusia yang ingin di ucap. dan di praktekan.
dari situlah akan menimbulkan adanya spekulasi,perdebatan,sabotase dan propoganda di antara manusia yang menganggap dirinya benar di sebuah teorinya.
sekarang pun memang terkadang kita dalam menggapai ilmu pengetahuan selalu perspektif dari pemikiran oleh orang lain yakni Para pakar, tokoh, ilmuan, dan Filsuf karena merekalah dari fase-fase sebelumnya merasakan imajinasi tingkat tinggi. dan pada akhirnya yang menjadikan kaidah pedoman hidup di dunia sekarang ini.
bolehlah progresif.
Alfianisme
Satyalencana
Kutipan :
jangan pernah mengeluh dan lebih lagi jangan pernah di sesali. pasti menjanalani hidup pasti ada pahit, ga mungkin langsung manis untuk di nikmati.
#do not despair.
#Do not get too frustrated
#calm your mind and do normal actions.
and do not complicate yourself and than fighting sprit,
* because of the age of this global era, full of high-level competition.
Senantiasa saling menghargai satu sama lain.. (Alfian Maulana, S.Ip)
Selasa, 19 Februari 2013
Pancasila - Liberalisme
Nilai-nilai Pancasila
Tergusur Liberalisme Melalui Internet
Mencermati perkembangan kehidupan bersosial masyarakat
Indonesia di internet sungguh memprihatinkan. Bukan saja karena arah pergaulan
yang mendekatkan kita kepada tindakan destruktif dan anarkis, tetapi juga
menyebabkan lunturnya semangat dan idealisme Pancasila sebagai kepribadian
bangsa. Merupakan sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak
muda saat ini lebih bangga menggunakan simbol dan identitas Barat daripada
berlaku sesuai karakter dan kearifan lokal Indonesia.
Fenomena pemujaan budaya Barat yang tidak sejalan dengan
Pancasila ini berkembang makin pesat selama satu dasawarsa terakhir, terutama
sejak teknologi internet makin mudah diakses oleh masyarakat Indonesia. Memang,
tidak semua yang berbau internet menyebabkan timbulnya perilaku-perilaku yang
mengarah ke zaman jahiliyah. Masih ada fungsi dan peran internet yang patut
kita perhatikan dalam hal edukasi, kemerdekaan berekspresi dan menyampaikan
pendapat, dan menemukan komunitas kekerabatan antar individu.
Namun secara umum saya menyimpulkan bahwa saat ini penerapan
semangat dan jiwa Pancasila sedang tergusur oleh pengaruh paham liberalisme
melalui internet. Keadaan ini diperparah oleh minimnya keteladanan dari para
orang tua. Tokoh senior yang semestinya menjadi contoh yang baik bagi generasi
selanjutnya malah terjerat berbagai kasus yang mencabik-cabik kepercayaan
rakyat. Belum lagi kita harus menghadapi kenyataan pahit bahwa dasar negara
Pancasila sedang diubah menjadi paham yang berorientasi materialis dan
individualis.
Mengembangkan Nilai
Pancasila dari Keluarga
Terhadap para sesepuh yang telah banyak makan asam
kehidupan, kita tidak perlu mengubah yang telah ada pada diri mereka. Budaya
yang berkembang dan mereka jalani selama bertahun-tahun telah membentuk
karakter yang mengerak dan bergerak dalam lingkaran setan yang tidak ada ujung
pangkalnya. Lebih baik kita berfokus pada penyelamatan generasi muda untuk
lebih memahami dan mempraktekkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Lalu, bagaimana membentengi anak-anak dari pengaruh buruk
liberalisme via internet dan menanamkan ajaran Pancasila kembali?
Langkah paling awal adalah menjalankan sensor informasi dari
lingkungan keluarga. Orang tua hendaknya aktif membangun komunikasi secara
intensif dengan anak-anak mereka dalam memberikan pengajaran nilai-nilai baik
dan buruk terhadap informasi yang mereka dapatkan. Mempraktekkan kearifan lokal
melalui ajaran Pancasila sebenarnya tidak sulit. Norma-norma yang berlaku dalam
ajaran agama dan kehidupan sosial bermasyarakat secara eksplisit telah memuat
nilai-nilai agung Pancasila sebagaimana diwariskan para leluhur bangsa ini.
Kecenderungan teknologi internet yang menempatkan manusia
sebagai mesin robot bagi visi-misi budaya Liberalisme secara perlahan akan
menempatkan Pancasila sebagai hiasan semata. Sebagai benda antik yang dikagumi
dan dipuja namun tidak pernah disentuh dan dihayati maknanya. Merupakan tugas
kita bersama untuk berperan aktif dalam mengenalkan lagi makna sila-sila
Pancasila kepada generasi muda saat ini. Tidak ada kata terlambat selama kita
memiliki niat dan komitmen luhur dalam menjaga kepribadian bangsa melalui
pengamalan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Sumber : http://kontraintelijen.com/
Langganan:
Postingan (Atom)