Selasa, 19 Februari 2013

Knowledge and Intellectual

Lahirnya Imu Pengetahuan dan Intelektualitas

Oleh : Alfian Maulana, S.Ip

pada intinya dalam intelektualitas adalah wawasan manusia yang luas dan makhluk yang tidak begitu sempurna dalam artian akal, nafsu dan fikiran.
tidak serta merta menjadi alam yang mengilhami ilmu pengetahuan pasti ada batasnya.
karena ( Tuhan Menganugrahi sebuah pengetahuan kalau kita mau mencari tahu pasti kita akan mengetahui apa yang kita belum kita ketahui).
bahwasannya sebuah teori adalah suatu hal yang di ilustrasikan seseorang dan direkayasakan menjadi kaidah realita penghidupan,
yakni dalam segihal cikal bakal daya pikir manusia.
karenanya manusia perlu adanya kepekaan,yang ada di sekitarnya yakni akan mengefekan daya pikir manusia yang ingin di ucap. dan di praktekan.
dari situlah akan menimbulkan adanya spekulasi,perdebatan,sabotase dan propoganda di antara manusia yang menganggap dirinya benar di sebuah teorinya.

sekarang pun memang terkadang kita dalam menggapai ilmu pengetahuan selalu perspektif dari pemikiran oleh orang lain yakni Para pakar, tokoh, ilmuan, dan Filsuf karena merekalah dari fase-fase sebelumnya merasakan imajinasi tingkat tinggi. dan pada akhirnya yang menjadikan kaidah pedoman hidup di dunia sekarang ini.



bolehlah progresif.

Alfianisme
Satyalencana


Kutipan :

jangan pernah mengeluh dan lebih lagi jangan pernah di sesali. pasti menjanalani hidup pasti ada pahit, ga mungkin langsung manis untuk di nikmati.
#do not despair.
#Do not get too frustrated
#calm your mind and do normal actions.

and do not complicate yourself and than fighting sprit,

* because of the age of this global era, full of high-level competition.






Senantiasa saling menghargai satu sama lain.. (Alfian Maulana, S.Ip)




Pancasila - Liberalisme


Nilai-nilai Pancasila Tergusur Liberalisme Melalui Internet
Mencermati perkembangan kehidupan bersosial masyarakat Indonesia di internet sungguh memprihatinkan. Bukan saja karena arah pergaulan yang mendekatkan kita kepada tindakan destruktif dan anarkis, tetapi juga menyebabkan lunturnya semangat dan idealisme Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Merupakan sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak muda saat ini lebih bangga menggunakan simbol dan identitas Barat daripada berlaku sesuai karakter dan kearifan lokal Indonesia.
Fenomena pemujaan budaya Barat yang tidak sejalan dengan Pancasila ini berkembang makin pesat selama satu dasawarsa terakhir, terutama sejak teknologi internet makin mudah diakses oleh masyarakat Indonesia. Memang, tidak semua yang berbau internet menyebabkan timbulnya perilaku-perilaku yang mengarah ke zaman jahiliyah. Masih ada fungsi dan peran internet yang patut kita perhatikan dalam hal edukasi, kemerdekaan berekspresi dan menyampaikan pendapat, dan menemukan komunitas kekerabatan antar individu.
Namun secara umum saya menyimpulkan bahwa saat ini penerapan semangat dan jiwa Pancasila sedang tergusur oleh pengaruh paham liberalisme melalui internet. Keadaan ini diperparah oleh minimnya keteladanan dari para orang tua. Tokoh senior yang semestinya menjadi contoh yang baik bagi generasi selanjutnya malah terjerat berbagai kasus yang mencabik-cabik kepercayaan rakyat. Belum lagi kita harus menghadapi kenyataan pahit bahwa dasar negara Pancasila sedang diubah menjadi paham yang berorientasi materialis dan individualis.

Mengembangkan Nilai Pancasila dari Keluarga
Terhadap para sesepuh yang telah banyak makan asam kehidupan, kita tidak perlu mengubah yang telah ada pada diri mereka. Budaya yang berkembang dan mereka jalani selama bertahun-tahun telah membentuk karakter yang mengerak dan bergerak dalam lingkaran setan yang tidak ada ujung pangkalnya. Lebih baik kita berfokus pada penyelamatan generasi muda untuk lebih memahami dan mempraktekkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, bagaimana membentengi anak-anak dari pengaruh buruk liberalisme via internet dan menanamkan ajaran Pancasila kembali?
Langkah paling awal adalah menjalankan sensor informasi dari lingkungan keluarga. Orang tua hendaknya aktif membangun komunikasi secara intensif dengan anak-anak mereka dalam memberikan pengajaran nilai-nilai baik dan buruk terhadap informasi yang mereka dapatkan. Mempraktekkan kearifan lokal melalui ajaran Pancasila sebenarnya tidak sulit. Norma-norma yang berlaku dalam ajaran agama dan kehidupan sosial bermasyarakat secara eksplisit telah memuat nilai-nilai agung Pancasila sebagaimana diwariskan para leluhur bangsa ini.
Kecenderungan teknologi internet yang menempatkan manusia sebagai mesin robot bagi visi-misi budaya Liberalisme secara perlahan akan menempatkan Pancasila sebagai hiasan semata. Sebagai benda antik yang dikagumi dan dipuja namun tidak pernah disentuh dan dihayati maknanya. Merupakan tugas kita bersama untuk berperan aktif dalam mengenalkan lagi makna sila-sila Pancasila kepada generasi muda saat ini. Tidak ada kata terlambat selama kita memiliki niat dan komitmen luhur dalam menjaga kepribadian bangsa melalui pengamalan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.