Kamis, 28 November 2013

The Green Politics

Politik Hijau

         Politik Hijau belum popular dikalangan dunia Internasional pada era sebelum 1970-an. Dikarenakan pada jaman tersebut, focus utama dunia internasional masih berkutat antara peperangan dan perdamaian dunia saja. Namun, setelah maemasuki jaman 1970-an, isu Global Warming muncul dan kerjasama internasionalpun terbentuk (Paterson,, 2001). Isu lingkungan hidup mengemuka seiring dengan jumlah masyarakat di dunia ini yang semakin meningkat pula. Tidak sedikit dari jumlah total populasi di dunia ini menjalankan aktivitas ekonomi, politik, dan lain-lain dengan mengancam lingkungan hidup di sekitarnya. Pada abad 20, Politik Hijau mulai mengembangkajn dan memulai dengan menempatkan diri mereka kedalam bingkai untuk menjadi salah satu teori dalam disiplin dunia hubungan internasional. Oleh karena itulah, Politik Hijau merupakan perspektif yang masih sangat baru. (Peterson, 2001). Seiring dengan jumlah masyarakat di dunia ini yang meningkat mengakibatkan jumlah konsumsi suatu barang juga akan meningkat. Sehingga jumlah produksi suatu barang secara tidak langsung juga akan meningkat pula. Karena tuntutan tersebut industri-industri di dunia ini bekerja keras siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia. Pabrik-pabrik terus berkerja. Hal itu mengakibatkan pencemaran lingkungan. Pabrik atau industri tersebut mengelola bahan mentah menjadi barang jadi meninggalkan suatu limbah industri. Tidak sedikit limbah industri yang mencemari lingkungan. Dan isu yang paling populer saat ini adalah global warming yang tak lain dan tak bukan adalah suatu contoh konkret mengenai pencemaran lingkungan dimana suhu bumi setiap tahunnya semakin bertambah panas dan mengancam keselamatan manusia.  Selain mengakibatkan pencemaran lingkungan, kerja keras yang dilakukan oleh industri tersebut juga dapat mengakibatkan menipisnya Sumber Daya Alam (SDA). Banyaknya tuntutan dari masyarakat dunia membuat industri mau tidak mau harus terus menggali sumber daya alam yang ada di dalam perut bumi. Sumber daya alam tersebut sangat terbatas jumlahnya. Sehingga jika industri tersebut terus menerus menggali atau mengeksploitasi sumber daya alam maka cadangan sumber daya alam tersebut menipis dan kemudian menjadi langka atau bahkan habis tanpa sisa. Misalnya saja penebangan pohon secara ilegal. Pencemaran lingkungan tidak hanya dari industri itu saja tetapi juga datang dari rumah tangga. Kita semua tahu bahwa setiap rumah memiliki mesin pendingin seperti kulkas dan penyejuk ruangan. Meskipun itu memberikan keuntungan bagi kita tetapi benda tersebut tidak memberikan keuntungan bagi lingkungan. Benda tersebut menghasilkan CFC (Chlorofluorocarbon) yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan pula. Dari isu-isu pencemaran lingkungan tersebut sekarang kita dapat memahami bahwa hubungan internasional tidak melulu membicarakan mengenai keamanan dan ekonomi internasional tetapi sekarang hubungan internasional juga membicarakan mengenai lingkungan hidup sebagai tambahan dari dua topik utama sebelumnya (Porter dan Brown dalam Jackson & Sorensen, 1999: 324).

         Dari pencemaran lingkungan yang mengancam samudera, laut, lapisan ozon, dan sistem iklim tersebut menimbulkan perlawanan dari masyarakat dunia. Teori yang mewakili perlawanan masyarakat dunia tersebut adalah politik hijau atau yang biasa kita sebut dengan green politics. Politik hijau, secara garis besar, menjelaskan tentang rusak atau musnahnya lingkungan alam dan satu fondasi normatif yang menentang pengrusakan atau pemusnahan lingkungan tersebut dan menginginkan generasi masyarakat yang berkelanjutan (Burchill & Linklater, 2009: 336). Sangatlah jelas bahwa para penstudi politik hijau menentang pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan merusak lingkungan alam yang dari kerusakan alam tersebut menjerumuskan manusia ke dalam bahaya besar. Telah saya jelaskan sebelumnya bahwa tingginya aktivitas industri telah merusak lingkungan alam sekitar yang mengakibatkan ketidakjelasan cuaca, punahnya flora dan fauna yang kehilangan habitatnya, dan lain-lain. Dengan asumsinya tersebut, para penstudi politik hijau menginginkan lingkungan yang baik sehingga generasi penerus kita masih dapat menghirup udara segar dan melihat dunia yang indah. Meskipun menginginkan terciptanya lingkungan yang sehat tersebut, menurut saya, para penstudi tidak sepenuhnya melawan atau bahkan menolak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta menghambat laju pembangunan yang meningkat pesat. Saya beranggapan, melalui perkembangan IPTEK dan pembangunan tersebut para penstudi politik hijau menginginkan adanya perkembangan yang bertaraf lingkungan atau ramah lingkungan. Maksudnya adalah perkembangan yang lebih meminimalkan alat-alat produksi yang mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan dan menggantinya dengan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya saja menggunakan alat bertenaga surya.

         Terdapat beberapa aliran yang menanggapi globalisasi salah satunya adalah aliran institusionalisme liberal. Aliran tersebut menginginkan negara yang mengatur produksi barang negaranya sendiri sesuai dengan kebutuhan negaranya. Salah satu contoh kerusakan lingkungan yaitu pemanasan global disebabkan oleh gas buang dari kendaraan bermotor yang melebihi batas. Di Indonesia misalnya, menurut saya, meningkatnya pengguna kendaraan bermotor tidak dapat dikontrol. Setiap tahunnya pengguna sepeda motor meningkat beberapa persen. Oleh karena itu, politik hijau beraliran institusionalisme liberal dimana negara harus mampu mengontrol peningkatan pengguna kendaraan bermotor atau membatasi impor atau ekspor kendaraan bermotor agar meminimalkan pengguna kendaraan bermotor sehingga dapat menimimalisir dampak dari pemanasan global tersebut. Peranan negara tidak hanya itu saja. Negara maju misalnya. Dalam partisipasinya dalam pelestarian lingkungan mereka menyumbangkan dalam bentuk uang kepada negara berkembang yang mempunyai hutan hujan tropis terbesar. Uang tersebut diberikan oleh negara maju dengan harapan pemerintah negara berkembang tersebut untuk memelihara hutan hujan tropis sebagai paru-paru dunia untuk menyaring lebih banyak karbondioksida yang telah dihasilkan secara berlebihan.

           
         Seiring dengan isu pemanasan global atau yang biasa kita sebut dengan global warming. Tidak sedikit masayarakat dunia atau negara yang mulai sadar akan lingkungan dan beraktifitas yang ramah lingkungan. Meskipun demikian, menurut saya, kesadaran mereka akan lingkungan itu lamban. Isu pemanasan global telah ada sejak dahulu kala. Setiap tahunnya pemanasan global mengalami peningkatan yang signifikan tetapi dari perkembangan yang signifikan tersebut masyarakat dunia baru menyadari akan isu tersebut ketika pemanasan global berada dalam puncaknya. Oleh karena itulah, masyarakat dunia lamban dalam menanggapi isu pemanasan global tersebut. Dalam pandangan saya mengenai politik hijau, politik hijau menginginkan adanya generasi penerus. Kerusakan lingkungan yang semakin menjadi mengancam generasi penerus kita. Untuk itu, agar generasi penerus kita tidak terancam, para penstudi politik hijau ini menginginkan adanya kegiatan yang ramah lingkungan seperti yang telah saya sebutkan diatas.


Refensi artikel ini : yang di utamakan 

                   Jackson, Robert & Georg Sorensen. 1999. "Introduction to International Relations". New York: Oxford University Press Inc.

                   Burchill, Scott & Andre Linklater. 2009. "Teori-teori Hubungan Internasional" (diterjemahkan oleh: M. Sobirin). Bandung: Penerbit Nusa Media.

 copas,,
http://sofi-n-f-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-48434-Umum-Politik%20Hijau.html